SEJARAH
BILANGAN DAN SISTEM NUMERASI
A. Sejarah
Bilangan
Kata "matematika"
diturunkan dari kata Yunani kuno, μάθημα (mathema), yang berarti "mata
pelajaran". Pada mulanya sejarah perkembangan
matematika berawal dari beberapa bangsa di dunia. Seperti Cina, Babilonia, Mesir, Arab, India dan
lain-lain. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir,
mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai
menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu
pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa pendidikan matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi
makin lama makin meningkat.
Tulisan matematika terkuno yang
telah ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika Babilonia sekitar 1900 SM),
Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM) dan Lembaran
Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM). Semua tulisan itu
membahas teorema Pythagoras, yang tampaknya menjadi pengembangan matematika
tertua dan paling tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.
Selain itu, bermunculan konsep-konsep matematika kuno,
seperti di Yunani muncul matematikawan yang memurnikan metode-metode (khususnya
melalui pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di dalam
pembuktian matematika) dan perluasan pokok matematika. Setelah itu banyak
muncul metode-metode matematika dari berbagai wilayah seperti dari Cina
yang membuat sumbangan dini, termasuk notasi posisional. Sistem bilangan
Hindu-Arab dan aturan penggunaan operasinya, digunakan hingga kini, mungkin
dikembangakan melalui kuliah pada milenium pertama Masehi di dalam matematika
India dan telah diteruskan ke Barat melalui matematika Islam. Matematika Islam,
pada gilirannya, mengembangkan dan memperluas pengetahuan matematika ke
peradaban ini.
Setelah itu konsep matematika pun trus berkembang. Dari
zaman kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali
diikuti oleh abad-abad kemandekan. Bermula pada abad Renaisans Italia pada abad
ke-16, pengembangan matematika baru, berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru,
dibuat pada pertumbuhan eksponensial yang berlanjut hingga kini.
Bilangan
adalah suatu konsep dalam matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol atau lambang yang dipakai untuk mewakili sebuah bilangan
dinamakan sebagai angka atau lambang bilangan. Konsep bilangan dalam matematika
selama bertahun-tahun lamanya sudah diperluas untuk meliputi bilangan nol,
bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.
1. Bilangan Asli
Bilangan Asli merupakan bilangan yang dimulai dari angka
satu (1) dengan deret ukur bilangan matematika bertambah satu ke arah kanan.
(1,2,3,4,5,...)
2. Bilangan Bulat
Bilangan bulat yaitu terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2,
...) dan negatifnya (-1, -2, -3, ...)
3. Bilangan Positif
Bilangan Positif adalah bilangan yang berada pada deret ukur
garis bilangan yang dimulai dari Nol ke arah kanan tanpa batas {0,1,2,3,...}
juga meliputi angka dibelakang koma {(0,1), (0,2), (0,3), ...} dan seterusnya.
4.
Bilangan Negatif
Bilangan Negatif adalah negasi atau kebalikan dari bilangan
positif, yaitu bilangan yang berada pada deret ukur garis bilangan yang dimulai
dari -1 ke arah kiri tanpa batas {-1, -2, -3, -4, ...} juga meliputi angka di
belakang koma {(-1,0), (-1,1), (-1,2), (-1,3), ...} dan seterusnya.
5. Bilangan Riil
Pada matematika, bilangan riil menyatakan bilangan yang bisa
dituliskan dalam bentuk desimal, seperti 2,487139… atau 3.2578. Bilangan real
meliputi bilangan rasional (24 dan −32/134) dan bilangan irasional (π dan sqrt2).
6. Bilangan Rasional
Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat
dinyatakan sebagai a/b dimana a, b bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0
dimana batasan dari bilangan rasional adalah mulai dari selanga (-∞, ∞). Pada
bilangan rasional berarti teradapat di dalamnya sudah mencakup
bilangan-bilangan lain seperti: bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah,
bilangan prima dan bilangan-bilangan lain yang menjadi subset dari bilangan
rasional.
7. Bilangan Irasional
Bilangan irasional merupakan bilangan riil yang tidak dapat
dibagi (hasil baginya tidak pernah berhenti). Dalam hal ini, bilangan irasional
tidak bisa dinyatakan sebagai a/b, dengan a dan b sebagai bilangan bulat dan b
tidak sama dengan nol. Jadi bilangan irasional bukan merupakan bilangan
rasional atau kebalikan dari bilangan rasional.
8. Bilangan Imajiner
Bilangan Imajiner merupakan bilangan yang dinyatakan dengan
"i" dan di defenisikan sebagai i = -1 atau i = akar -1 . akar -2
adalah bilangan irasional, tetapi akan -2 merupakan bilangan imajiner karena
tidak ada bilangan riil jika di kuadratkan menghasilkan -2.
9. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk a+bi dimana
a dan b adalah bilangn riil dan i adalah bilangan imajiner.
B.
Sistem
Numerasi
Sistem
numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.
Banyaknya
suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda. Oleh
karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang,
tetapi suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.
Beberapa
sistem numerasi:
- Sistem Numerasi Mesir Kuno (±3000 SM)
Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat
tulis sederhana menyerupai kertas yang disebut papyrus. Mereka membuat tulisan
berbentuk gambar
dengan menggunakan
sejenis pena sengan tinta berwarna hitam atau merah. Tulisan Mesir Kuno sering
diesebut tulisan Hieroglif. Sistem
Numerasi Mesir Mesir
Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu
bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai
lambang-lambangnya.
Lambang
dan simbol bilangan Mesir
|
|
|
|
|
|
|
- Sistem Numerasi Babylonia (±2000 SM)
Pada masa itu orang menulis angka-angka
dengan sepotong kayu pada tablet yang terbuat dari tanah liat (clay tablets).
Tulisan atau angka Babilonia sering disebut sebagai tulisan paku karena
berbentuk seperti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku
menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga)
dengan cara manekankannya pada lempengan tanah yang masih basah sehingga
dihasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Pertama kali orang yang
mengenal bilangan 0 (nol) adalah Babylonian.
- Sistem Numerasi Yunani Kuno (±600 SM)
Bangsa Yunani telah mengenal huruf dan angka yang
ditandai dengan
tulisan-tulisan
bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun
terlihat kaku dan kuat.
Ada
2 macam:
·
S.N. Yunani kuno attic
Dilambangkan
sederhana, dimana angka satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat
(l, ll, …).
·
- Sistem Numerasi Maya (±300 SM)
Tulisan atau angka yang dekembangkan
bangsa Maya bentuknya berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Alat
tulis yang diapakai yaitu tongkat yang
penampangnya lindris (bulat).
Berbasis 20 dan ditulis
secara tegak. Suku bangsa Maya sudah mengenal bilangan tak hingga.
Contoh: menulis 258.458 dalam
bilangan Maya
1(20)4 = 160.000
12(20)3= 96.000
6(20)2
= 2.400
2(20)1 = 40
18(20)0 = 18
+
258.458
- Sistem Numerasi Cina (±200 SM)
Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya
menggunakan alat tulis yang dinamakan pit yang bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya
berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi.
- Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)
- Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)
Bangsa Romawi menggunakan angka-angka
untuk perhitungan- perhitungannya. Lambang
bilangan Romawi ditulis menggunakan huruf besar yang sejalan
dengan pemikiran orang-orang Yunani. Pada zaman dahulu, orang Romawi Kuno menggunakan penomeran
tersendiri yang berbeda dengan sistem penomeran pada jaman sekarang. Angka
romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap
huruf melangbangkan/memiliki arti angka tertentu.
I
=1, I disebut UNUS
V
=5 , V disebut QUINQUE
X
=10, X disebut DECEM
L
=50, L disebut QUINQUAGINTA
C
=100, C disebut CENTUM
M
=1000
Persamaannya
dengan sistem numerasi hindu arab adalah sama-sama menggunakan basis sepuluh.
Perbedaan
dengan sistem numerasi hindu arab adalah
- Sistem numerasi hindu arab menggunakan sistem nilai tempat
- Sistem numerasi romawi tidak menggunakan sistem nilai tempat
4
prinsip yang digunakan
1) Pengulangan
Angka
yang boleh diulang adalah I , X ,C , M ( tidak boleh diulang lebih dari 3x ).
Contoh
: 20
= XX , 3= III
4≠IIII tetapi 4=IV
100≠
LL tetapi 100=C
2) Penjumlahan
Jika
suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih
kecil menambah nilai angka sebelumnya .
Yang
boleh mengikuti adalah angka I, V, X, L , C , D )
Contoh
: VI =6
XI=11
MD=1.500
3) Pengurangan
Jika
angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai
angka yang lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar
Contoh
: IX =9, CM =900
49≠IL
tetapi 49=XLIX
999≠IM tetapi 999= CMXCIX
4) Perkalian
Dengan menambahkan
tanda strip ( ¯ ), dibaca bar diatas angka romawi maka akan menambah nilai
angka tersebut menjadi 1000 x nya .
X= 10.000
D = 500.000.000
- Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)
Sistem Hindu-Arab mengalami banyak
perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitar
tahun 750 sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini
tertulis dalam buku karangan matematisi arab yang bernama
Al- Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi
De Numero Indorum.
Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut
dengan sistem numerasi decimal (Ruseffendi, 1984). Dan menurut Troutman &
Lichtenberg (1991) sistem numerasi Hindu-Arab ini mempunyai karakteristik:
(1) Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai dengan 9;
(2) Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh.
(3) Menggunakan sistem nilai tempat.
(4) Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian.
Angka
merupakan lambang bilangan Hindu-Arab
Sifat-sifat:
· Menggunakan
10 angka / digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
· Menggunakan sistem bilangan dasar
sepuluh. Artinya setiap sepuluh satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan,
setiap sepuluh puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya.
· Bilangan-bilangan
yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk suku-suku yang merupakan
kelipatan dari perpangkatan 10.
Antar
suku dipisahkan oleh tanda plus ( + ).
Misalnya
: 10 = 1x101+0x100
205= 2x102+0x100+5x100
· Menggunakan
aturan tempat
Contoh:
1.234
1= ribuan
2= ratusan
3= puluhan
4= satuan
Beberapa
konsep dalam sistem numerasi:
- Aturan Aditif
Tidak
menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah
nilai lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.
- Aturan pengelompokan sederhana
Jika
lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0, n1, n2,…
dan mempunyai aturan aditif
- Aturan tempat
Jika
lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang berbeda
- Aturan Multiplikatif
Jika
mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang bilangan
0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,..
serta mempunyai aturan tempat.
Maaf bu mau tanya mengapa tidak bisa menggunakan IL di angka 49?
BalasHapus